Wabup Maria Geong: Urgensi Dunia Media Massa yang Sehat (bagian III)

Peran Orang Tua dan Guru

Labuan Bajo – Namun disadari, untuk mencapai kondisi media yang sehat itu tidaklah mudah. Untuk membentuk masyarakat sebagai penikmat media yang aktif, yang kritis tidaklah mudah.
Butuh proses yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama.

“Dalam pandangan saya, hal itu harus dimulai dari dalam keluarga dan di lembaga pendidikan. Kemampuan literasi, kemampuan memilah tayangan yang baik akan bisa dicapai jika sejak dini anak-anak kita sudah dibiasakan membagi waktu dengan baik, memilih media yang tepat, dan memiliki budaya membaca,” paparnya.

Untuk mencapai itu, peran orang tua dan guru menjadi sangat penting. Orang tua dan guru adalah role model utama bagi anak. Seorang ahli pendidikan bernama Albert Bandura pernah mengatakan bahwa “bagaimana seorang anak berpikır, merasa, memotivasi diri, dan mempunyai rasa memiliki (self efficacy) salah satunya ditentukan oleh pemodelan
(modeling), yakni apa yang dilihatnya dari tindakan/perilaku orang lain (live mode). Jika
orang tua dan gurunya rajin menonton tayangan yang berkualitas atau membaca buku, anak-anak yang melihat itu akan terbiasa juga untuk melakukan hal yang sama.

Hal itu ia lakukan karena ia yakin bisa menjadi seperti mereka (orang tua dan gurunya) yang berhasil karena melakukan hal itu. Sebaliknya, jika orang tua mengganggap menonton sinetron sebagai sesuatu yang penting dan menyenangkan, maka anak-anak juga akan memiliki pandangan yang serupa.

“Untuk itu, saya mengajak para orang tua dan pendidik agar mulai dari saat ini, lakukan hal-hal sebagai berikut: pertama: Mendampingi putra dan putri dalam menikmati tayangan media massa; kedua: Memberi teladan dengan membiasakan diri untuk membagi waktu antara menonton Televisi, bermain HP dan membaca buku; ketiga: Biasakan diri untuk selalu membaca buku atau koran (bukan berita di HP atau gadget lainnya) di waktu senggang,” ujarnya.

Pada saat yang sama, ajaklah anak untuk juga membaca bukunya secara bersama-sama, misalnya pada malam hari di rumah selama 1 jam Pada jam membaca tersebut, televisi, radio tape, handphone dan alat elektronik lain sebaiknya dimatīkan untuk menciptakan suasana tenang.  “Dan yang keempat: Memberi akses buku dan konten bermutu lainnya kepada anak-anak, misalnya dengan mengajak mereka ke perpustakaan daerah atau ke toko buku. Bila memungkinkan, belilah buku secara rutin sebagai pengisi perpustakaan pribadi di rumah,” tandasnya,” jelasnya.

Doronglah anak untuk berani mengungkapkan permikirannya secara lisan terutama secara tertulis. Berilah pujian atas keberaniannya itu dan pajanglah hasil karyanya di tempat tertentu atau dikirim ke majalah dan rubric anak-anak. Pujian serta pajangan seperti ini akan memotivasi anak untuk melakukan hal serupa berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaanya.

Selain itu di Sekolah, Galakkan gerakan literasi di sekolah dengan beragarm kegiatan yang kreatif dan menarik. Contohya, Membuat jadwal kunjungan wajib ke perpustakaan; Membuat tugas yang merangsang siswa untuk mencarinya di internet atau media lainnya; Menempelkan hasil karya siswa di majalah dinding kelas; Membuat pojok baca di beberapa tempat di sekolah; dan Mengadakan lomba karya listerasi antarkelas.

Dengan gerak bersama seperti ini, Kita yakin dunia penyiaran, dunia media massa akan semakin sehat .Dengan demikian masyarakat pun tumbuh sebagai masyarakat yang cerdas dan berkarakter serta akan menghasilkan generasi-generasi dan pemimpin yang matang dan berkualitas. (**/habis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *